Selasa, 08 September 2009

BERITA GEMPA MELANDA CINTA



Sebuah gempa bumi yang dahsyat melanda kota KorongXXX (nama disamarkan). Bencana ini memakan lima korban jiwa, namun hal ini pun masih diragukan. Kenapa coy, kok diragukan?? Because kejadian mematikan yang disebabkan gempa susulan sebesar 0,1 skala ritcher ini berawal dari paniknya para siswi SD Tikus Sejahtera yang sedang syuting videoklip lagu untuk anak TK (Taman Kenek-Kenek). Para siswa tidak keluar dari kelas untuk menghindari diri dari bangunan yang diragukan akan runtuh, tetapi salah satu dari mereka (yaitu seorang siswi bermata dua dan berlubang hidung satu-setengah) malah melakukan kayang yang diyakini dapat menyelamatkan mereka dari kematian. Siswi yang satu ini ternyata berasal dari suku Doyok di Kalimantan, yang terkenal dengan tarian “Kayang Iyung Koyong Gaying”nya.
Sayangnya… tarian Kayang tersebut tidak mampu menyelamatkan semua siswa. Seorang siswi kelas 2 diisukan telah gugur dalam pertempuran Kayang melawan gempa ini dan akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit “Nugering Jadipaeh”. Sungguh sangat ironis, tragis, misteris, dan menipis sekali!!!
Tak lama kemudian, setelah gempa sudah mulai turun dari kejayaannya (maksudnya udah reda gitu lo!), beberapa murid SD bertampang “tenyon” datang dengan sangat serampangan ke dalam Rumah Sakit. Salah satu dari mereka yang berciri-ciri sebagai berikut : alis berbentuk love, bibir melebihi tiga tingkatan, hidung mancung ke dalam, dan rambut sapu ijuk ,, mendekati resepsionis dan berteriak… “Saha maneh?? Mani goreng-goréng teuing!! Teu éra ka tatangga, boga beungeut goreng kawas kitu??”
ranslate : “Siapa kamu?? Kok jelek-jelek amat!! Nggak malu ke tetangga, punya muka jelek kayak begitu??”]
Kemudian sang resepsionis menjawab, “Apa yang anda bicarakan? Saya tidak mengerti maksud anda!! Kalau anda ngefans sama saya, udah deh nggak usah sampai ngomong pake bahasa kalbu begitu!!”
“Maafkan teman saya yang tidak pararuguh rupanya ini ya Mbak, kedatangan kami ke sini hanya ingin menanyakan dimana korban Gempa dirawat?” ucap anak SD yang satunya lagi.
“Oh… yang itu toh! Korban gempa yang ketimpa pohon jamur itu! Saat ini dia sedang istirahat... di KAMAR MAYAT!” kata resepsionis itu lagi.
“APAAA?? Alhamdulilah.... eh, maksud kami.... ASTAGHFIRULLAH!!” teriak semua anak SD yang bergerombol itu, kemudian mereka semua ngacir ke kamar mayat.
Sesampainya di kamar mayat, mereka menemukan teman mereka yang bernama Drita Dimasamuda dengan keadaan sangat mengenaskan. Wajahnya ditutup kain celemek, eh...kain kafan.
“Drita... Drita...” teriak seorang temannya. “Mengapa kau jadi seperti ini Drita?? Ini semua gara-gara aku!! Aku yang telah menanam tanaman jamur itu di depan WC rumahmu!!”
“Bukan! Ini semua salahku! Aku yang telah meninggalkan Drita di sekolah hingga dia sudah kelas dua SD...” sesal salah satu temannya lagi.
Oh Drita,, hidupmu sungguh penuh derita...” tambah temannya yang lain.
“Ya sudah, sudah! Sebagai tanda perpisahan, marilah kita menyanyikan lagu kebangsaan kita, “lampu disko” agar Drita tenang di alamnya...” titah temannya yang berwajah coét.
Sesuai perintah dari seorang anak berwajah coét itu, mereka menyanyikan lagu kebangsaan SD Tikus Sejahtera, yaitu lagu “Lampu Disko”.
Mangkeu alay...
Capcay kuetiaw...
Tahu petay kucay....
Belum sempat mereka menyelesaikan lagu, tiba-tiba kain pel, eh.. kain kafan yang menutupi wajah Drita bergoyang-goyang, bergerak-gerak, berbunyi “ssssh...”, dan...... BRRAAKKK! Drita bangkit kembali dari tidurnya sambil berdendang menyelesaikan bait lagu “Lampu Disko” yang teman-temannya nyanyikan.
Siomay....!!!” Drita bernyanyi dengan lantang.
“AAAAAA!!” semua teman-teman SDnya terkaget-kaget dengan ke-bangun-an Drita, lantas mereka semua tumbang dan menghembuskan napas terakhir mereka.
“Lho, kenapa semuanya? Saya kan hanya ingin numpang tidur di kamar mayat saja... kalau di kamar rawat kan mahal bayarnya!! Hey... Coét... Mutu... Katel...Talenan... Ayakan, para sahabatku yang tercinta!! Mengapa kalian semua mati??” teriak Drita sambil menyebutkan satu persatu nama teman dekatnya itu.
Nah... begitulah kira-kira gambaran dari kisah lima korban jiwa dari Gempa yang melanda kisah Cinta persahabatan dari Drita Di masa muda. Lima anak yang mati syahid karena melawan kebangkitan temannya itu dikuburkan di taman makam pahlawan, karena telah dianggap sebagai pahlawan dan melakukan kebajikan, yaitu : menjenguk sahabatnya yang hampir mati.
Tim Redaksi seringkali menjenguk Drita ke rumahnya dan melihat kondisi gadis malang itu. Tapi... ketika kami melihat keadaannya di kamarnya, Drita malah senyam-senyum sambil loncat-loncatan dan berteriak, “HOREE... mereka semua sudah mati!! Mulai hari ini akulah satu-satunya makhluk bulan yang tinggal di bumi!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan komen di sini

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.